BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Teknologi produksi bahan tumpatan saat ini berkembang cukup pesat
dibandingkan 50 tahun yang lampau. Hal ini membuat para dokter gigi mempunyai
banyak pilihan untuk merestorasi gigi
berlubang, rusak, patah bahkan yang hilang sekalipun. Para periset terus
mengembangkan bahan-bahan seperti porselen dan polimer agar makin mendekati
penampakan gigi asli. Termasuk diantaranya dengan pemanfaatan teknologi nano (william, 1987).
Bahan-bahan baru ini tidak menggantikan
bahan-bahan restorasi yang sudah ada selama ini seperti emas, alloy berbahan
dasar logam dan amalgam. Hal ini disebabkan oleh kekuatan dan keawetan
bahan-bahan tumpatan tersebut masih diperlukan dalam kondisi tertentu, misalnya
untuk menambal gigi belakang yang banyak menanggung beban kunyah. Kondisi mulut
dan kesehatan umum pasien mempengaruhi jenis bahan tumpatan yang dipilih, dari
segi penampilan, keawetan dan harga. Selain itu di mana dan bagaimana bahan
tumpatan akan diletakkan, waktu dan frekuensi kunjungan yang diperlukan untuk
mempersiapkan serta menambalkan gigi juga harus dipertimbangkan dalam memilih
jenis bahan tumpatan. Keputusan mengenai bahan mana yang dipilih sebaiknya didiskusikan dulu
dengan dokter gigi sebelumnya (william, 1987).
Dengan perkembangan bahan tumpatan yang pesat
saat ini, kita mampu melakukan tumpatan gigi dengan lebih mudah. Dalam
melakukan penumpatan pada gigi berlubang, hal yang perlu diperhatikan adalah
letak dan kedalaman gigi berlubang tersebut agar kita lebih mudah memilih bahan
tumpatan yang ingin digunakan (Melinda,2008).
1.2
Rumusan Masalah
1) Bagaimanakah pengaruh
antara letak dan kedalaman gigi berlubang dengan pemilihan bahan tumpatan yang
digunakan?
2) Apa saja jenis bahan tumpatan dalam Kedokteran Gigi?
3) Bagaimana sifat, komposisi, dan manipulasi masing-masing bahan
tumpatan?
4) Apa yang dimaksud dengan merkuri dan efeknya bagi
kesehatan?
5) Apa manfaat dari bahan tumpatan bagi kesehatan gigi dan mulut?
1.3
Tujuan
1) Untuk mengetahui pengaruh letak gigi
berlubang terhadap pemilihan bahan tumpatan
2) Untuk mengetahui jenis bahan tumpatan yang
sering digunakan pada praktek Kedokteran Gigi
3) Untuk mengetahui sifat, komposisi, dan
manipulasi masing-masing bahan tumpatan
4) Untuk mengetahui pengertian merkuri dan efeknya bagi
kesehatan
5) Untuk mengetahui manfaat penggunaan bahan tumpatan bagi
kesehatan gigi dan mulut
1.4
Hipotesa
Letak dan kedalaman gigi berlubang berpengaruh dalam
pemilihan bahan tumpatan yang digunakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Karies Gigi
Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries
yang artinya kebusukan. Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif
yang dimulai dengan larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya.
Keseimbangan antara
email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam microbial dari
substrat sehingga timbul destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya
terjadi kavitas. Dengan perkataan lain, dimana prosesnya terjadi terus berjalan
ke bagian yang lebih dalam dari gigi.
Sehingga membentuk
lubang yang tidak dapat diperbaiki kembali oleh tubuh melalui proses
penyembuhan, Pada
proses ini terjadi demineralisasi yang disebabkan oleh adanya interaksi kuman, karbohidrat yang sesuai
pada permukaan gigi dan waktu (Narlan,1995).
Perkembangan karies dapat berbeda antara
satu dan lain orang dari antara populasi satu dan populasi lain. Apabila
perkembangannya lambat, mungkin membutuhkan waktu bertahuntahun lamanya
sehingga karies menjadi kavitas besar. Akan tetapi proses yang sama hanya
membutuhkan waktu beberapa bulan saja, kalau perkembangannya cepat (Narlan, 1995).
Tanda-tanda karies gigi merupakan suatu
keretakan pada email atau kavitas pada gigi, dentin di dalam kavitas lebih
lunak dari pada dentin di sekelilingnya, dan merupakan suatu daerah pada email
yang mempunyai warna yang berbeda dengan email sekelilingnya (Narlan,1995).
Karies yang berkembang cepat biasanya
berwarna agak terang, sedangkan karies yang berkembang lambat biasanya berwarna
agak gelap. Akan tetapi pit (lekukan pada email gigi) dan fisur (bentuk lekukan
email gigi pada gigi molar dan pre molar) kadang-kadang berwarna tua, bukan karena karies
gigi, tetapi karena noda akibat beberapa makanan (Narlan,1995).
Karbohidrat yang tertinggal di dalam
mulut dan mikroorganisme, merupakan penyebab karies gigi, penyebab karies gigi
yang tidak langsung adalah permukaan dan bentuk gigi tersebut. Gigi dan fisur
yang dalam mengakibatkan sisa-sisa makanan mudah melekat dan bertahan, sehingga
produksi asam oleh bakteri akan berlangsung dengan cepat dan menimbulkan karies
gigi (Narlan,1995).
2.1.1. Klasifikasi Karies
Gigi

Gambar
2.3. Anatomi Gigi Sehat dan Gigi Karies
1.
Berdasarkan Stadium Karies (dalamnya karies)
a. Karies
Superfisialis, di mana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum
terkena (Narlan,1995).

Gambar
2.4. Karies Superfisialis
b. Karies
Media, di mana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah
dentin (Narlan,1995).

Gambar
2.5. Karies Media
c. Karies
Profunda, di mana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang
kadang sudah mengenai pulpa (Narlan,1995).

Gambar
2.6. Karies Profunda
2.
Berdasarkan Keparahan atau Kecepatan Berkembangnya
a. Karies
Ringan
Kasusnya disebut ringan jika serangan
karies hanya pada gigi yang paling rentan seperti pit (depresi yang kecil,
besarnya seujung jarung yang terdapat pada permukaan oklusal dari gigi molar)
dan fisure (suatu celah yang dalam dan memanjang pada permukaan gigi) sedangkan
kedalaman kariesnya hanya mengenai lapisan email (iritasi pulpa).
b. Karies
Sedang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar